Sabtu, 08 Maret 2008

special to ORANG ASING


Semoga keselamatan dan rahmat Allah senantiasa terlimpah untukmu,


Apa kabar orang asing?

Saat ini kita terpisahkan oleh jarak dan waktu, entah kapan ini akan berakhir...

Bagaimana aku harus memanggil namamu... apa kita pernah bertemu sebelumnya? ataukah engkau benar-benar orang asing bagiku?

Orang asing..

Terkadang aku berharap agar aku segera bertemu denganmu, namun segera kuurungkan karena aku belum siap menjumpaimu...


Ku berharap kau adalah yang paling "sempurna",

selalu ada senyum dalam lengkung bibirmu...

selalu hadir ketegasan dalam kasihsayangmu...

dan kaulah pemimpim keluargaku...



Apakah harapku terlalu berlebihan??? Apakah aku seorang pemimpi sejati???

Semoga aku akan teguh di sini, karena rasa jemu hampir-hampir membunuhku...

Lihatlah betapa sulitnya ku menjaga hati ini di tengah lalu-lalang kafilah pencuri hati...

Semoga nanti aku akan mencintaimu sepenuh hatiku, semoga Allah ridho terhadap kita...

ya, nanti ketika Allah telah mempertemukan kita... menjadikan kita kekasih yang selalu bersama, di dunia hingga akhirat nanti.



Sampai jumpa di hari yang telah ditetapkanNya...

Semoga kita adalah pasangan yang paling dirahmatiNya...amiin, yaa Robbal'alamin...

Jumat, 07 Maret 2008

AQIDAH


Ada sebuah kisah yang dapat membuka mata kita betapa pentingnya AQIDAH.


Ada seorang Syaikh menulis buku tentang keutamaan tauhid kemudian mengajarkan kepada para santrinya secara berulang-ulang.

Suatu hari muridnya mengusulkan, “Wahai Syaikh, kami ingin mendapatkan materi baru, tentang kisah atau sejarah.”

Akan saya pertimbangkan, Insya’Allah.”


Pagi harinya syaikh itu datang dengan wajah muram, kelihatan sedih dan termenung. Para santri bertanya kepada beliau tentang gerangan apakah yang menyebabkan syaikh berduka. Beliau menjawab, ”Saya mendengar ada seorang laki-laki di tetangga desa membangun rumah baru, karena takut gangguan jin maka ia menyembelih seekor ayam jantan di depan pintu sebagai sesaji, meminta restu kepada jin penunggu. Saya telah mengirim utusan untuk mengecek kebenaran berita itu.”

Tak ada ekspresi apapun dari para santri mendengar penuturan Syaikhnya. Ada yang mendoakan hidayah bgi laki-laki itu, selebihnya mereka diam.


Esok harinya, Syaikh mengabarkan kepada para santrinya, “Setelah dicek, ternyata kabar yang kemarin tidak valid, tapi ada kejadian lain di sana. Bukan seorang yang menyenbelih untuk sesaji tapi seorang laki-laki yang berzina dengan ibunya.”

Sontak seluruh santri geram, berbagai kecaman, kutukan dan cacian keluar dari lisan para santri. “ Dia harus dinasehati, harus dihajar, harus dihukum, kalau perlu dirajam..!!!”

Sang Syaikh terkejut dengan reaksi para santrinya. Beliau berkata, “Alangkah anehnya kalian ini, demikian hebat reasi kalian terhadap pelaku dosa besar yang tidak menyebabkan pelakunya kelaur dari Islam tapi kalian justru tidak bereaksi terhadap orang yang terjerumus ke dalam syirik, padahal itu menyebabkan ia keluar dari Islam. Sekarang ambil kembali buku Tauhid, kita pelajari dari awal!!!”


Jangan-jangan kondisi kita jauh lebih parah dari kisah tadi???

Jangan-jangan kita menganggap sesaji sebagai hal yang biasa bahkan sebagai tradisi luhur???

Kok bisa, kesyirikan semacam ini lestari di negeri ini?? Padahal katanya mayoritas penduduknya muslim???


Target terakhir godaan setan bagi manusia adalah KEKAFIRAN!!Termasuk juga di dalamnya kesyirikan yang menjadikan manusia keluar dari Islam.

Banyak muslim yang ga sadar dengan hadirnya kesyirikan di sekitar mereka karena seringnya disuapi kebiasaan syirik. Ga usah jauh-jauh, kalian yang pernah nonton TV pasti tahu sinetron dengan judul “MISTERI ILAHI”. Kalau dilihat dari judulnya, harusnya tayangan ini mengajarkan penonton dengan aqidah yang benar...eh ternyata isinya??? Kita malah disuguhi cerita orang-orang yang punya partner siluman!!! Apalagi penontonnya ga cuma ibu-ibu yang doyan nonton sinetron, anak-anak sampe nenek-nenek yang jadi “langganan setia” tayangan ini, bisa dibayangkan gimana generasi penerus


Karena udah jadi konsumsi sehari-hari (sampai 3x sehari), bisa-bisa kita ikut menganggapnya sebagai hal yang biasa. Maklum aja kalau syariat menentang keras kesyirikan, inget ga (tahu ga)... Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa berkumpul dengan orang musrik dan tinggal bersamanya, maka dia serupa dengannya” HR. Abu Dawud


Tragis banget!! Mungkin ini juga salah satu penyebab hancurnya moral bangsa ini. Kok bisa???ya iya-lah because AQIDAH adalah dasar dari agama ISLAM. Gimana bisa orang-orang berbuat sesuai tuntunan ISLAM yang menjadi rahmatan lil’alamin kalau aqidahnya bengkok?? Rasulullah aja khusus mengajarkan aqidah di Makkah sampai 13 tahun...so bisa dibayangin kan, betapa pentingnya aqidah??

Katakanlah kalau kita buat rumah, otomatis pondasi yang dibuat paling pertama&utama. Baru bisa buat tembok, atap, pagar deesbe. Kalau pondasinya aja udah ancur, gimana rumahnya??? Bisa-bisa penghuni rumah tertimpa matrial rumahnya sendiri.


Ga jauh beda dengan ISLAM, kita dianggap masuk ISLAM alias jadi muslim or muslimah kalau udah mengucapkan 2 kalimat syahadat. So pondasi ISLAM dimulai dari sini!!! Ketika kita mengucapkan Asyhadu an la illaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rosulullah its means...

Kita punya kewajiban buat menjadikan ALLAH CINTA PERTAMA sekaligus TERAKHIR dan TERTINGGI...pokoke ga boleh diduakan!! Dan jangan lupa satu lagi... Rasulullah Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir yang wajib di-iman-i dan menjalankan syariat yang dibawa Beliau tanpa menambah atau mengurangi.


Udah banyak orang yang ngaku Islam tapi ga menjalankan syariat ISLAM secara benar... (biasa bergelar ISLAM KTP, jangan jangan KTPnya doank yang masuk surga???) masa’ kita mau ikut-ikutan dengan golongan ini??? naudzubillahi min dzalik...

Masa’ muslim masih percaya takhayul?? Masa’ muslim suka nyadran ke makam??


Ayo dong pren... saudara-saudariku sesama Muslim, TUNJUKKAN KEISLAMAN-MU!!! Janji Allah akan tiba, so terus berjuang...!!

Seorang mukmin sejati tidak akan berhenti berjuang kecuali telah menapakkan kakinya di surgaNya!! Allah yubarik fiik...................


Jazakumullah,

[Hiya Dzakiyyatun Bidu’ain]

MEMOAR MASA DEPAN


Harusnya aku bisa lebih tenang, tapi aku ga’ menghadapi kanvas yang ingin kulukis…ada seorang cowok yang sedang duduk di hadapanku!

Fatya, itu Enda sahabat masa kecilmu! Bukankah kau merindukannya dan ingin bertemu dengannya?, batinku meyakinkan.

Aku memang terbiasa bersama Enda dari kecil, menangkap ikan di sungai bahkan berlari-lari di pematang sawah mengejar layang-layang putus.

Tapi kuingatkan batinku, aku bukan lagi gadis cilik yang berusia 8tahun, aku sekarang 12tahun lebih tua…aku telah berubah!!!

Selama bersahabat dengan Enda, tak pernah terbayangkan diriku harus duduk diantara puluhan lilin-lilin ini! Bodohnya aku, kenapa aku datang kemari??

“Fatya, malam ini indah ya?”, Enda membuka suara diantara kami.

Yap, malam ini memang indah..tapi mungkin akan lebih indah jika aku tak harus ada di sini, apalagi ditemani degup jantung yang tak terkendali! Jawabku ini hanya bisa tersekat di tenggorokan, anggukan kepala kurasa cukup mewakilinya.

“Ga’ terasa kita udah hampir 13tahun jadi sahabat,ya? Hm..apa kamu tahu Tya?”

“Tahu apa? Kamu belum ngomong apa-apa?”

“Kamu udah buat hidupku berwarna, aku beruntung banget punya kamu…”

Aku cuma tersenyum, Maksudmu pa’an sie, End? Kita emang lama kenal, tapi kamu ga’kenal aku selama 4tahun terakhir ini…dan kutegaskan, aku bukan milikmu!!!

“Aku punya sesuatu buat kamu…”, Enda memasukkan tangan ke saku jasnya. Sebuah kotak berpita di genggamannya, tampaknya itu untukku.

Aku masih diam. Kutenangkan diriku seperti yang pernah kucoba sebelumnya.

“Sejak aku kuliah di Jerman, aku ga’pernah ngasih apa-apa. Anggap aja ini ucapan terimakasihku buat kamu, semoga kamu suka.”

Hey, apa-apaan ini? Aku udah berkali-kali liat adegan ini di TV. Garing banget…masa’ calon sarjana lulusan Jerman ga’ kreatif sama sekali???

“Dalam rangka apa kamu ngasih ini, hari ini bukan hari pendidikan nasional atau hari proklamasi!hehe..”

“Hari ini akan jadi paling spesial buatku dan kamu… Fatya, kamu mau ga’jadi pacarku?”

Whattt…? Enda, kita temen dan ga’lebih dari itu! Apa kamu ga liat kostum ane malam ini, aku ga’mungkin nerima kamu!!!

Aku segera berdiri dan meninggalkan Enda. Telingaku masih menangkap derap langkahnya mengejarku. Mungkin aku lebih pantas ikut marathon, meskipun dengan gamis aku Enda tetap tak bisa mengejarku. Semoga kamu bisa baca pikiranku End, jadi aku ga’ perlu jelasin semua ini sama kamu.

Maaf, End… Aku ga’mungkin menerimamu.


Kubiarkan jilbabku basah karena airmata. Taksi yang kutumpangi mengantarku melesat kembali ke rumah, istana dari hidupku yang baru setahun terakhir ini.

Kedatanganku disambut sosok yang teduh di teras, akupun menangis di peluknya.

“Mas, ade harusnya ga’pergi malam ini…”

“Ade kenapa, cerita dong sama mas.”

Senyumnya membuatku berujar semua yang kualami.

“Maaf…ade ga’tahu kalau semua akan jadi begini…”,aku masih terisak di bahunya.

“Ga’ pa-pa, tadi mas juga kan yang udah izinkan ade pergi. Besok kita selesaikan semuanya. Kita undang Enda ke sini ya, nanti mas yang ngomong sama dia.”

Aku tak mengerti dengan lelaki ini, tampaknya 20 tahun tak cukup untuk membuatku mengerti jalan pikirannya…dan aku sayang padanya.


Kuikuti saran mas Sabil, aku sendiri yang menelpon Enda dan mengundangnya makan siang hari ini. Tubuhku terasa sebesar kurcaci ditengah kelapangan hati mas Sabil, Ah..Fatya, kenapa kau bodoh sekali?!? Manusia macam apa kau ini?

Mataku kembali meleleh, tak terasa darah mengalir dari jemariku membasahi potongan wortel di hadapanku.

Mas Sabil sedari tadi mengawasiku dari ruang tamu, segera ia membalut lukaku.

“Udahlah de, jangan terlalu dipikirin.“ kembali ia tersenyum padaku.

Aku tak sanggup berkata-kata lagi. Mas, ade sayang mas…


Jarum jam di ruang tamu menunjuk angka satu, dan mobil Enda telah parkir di halaman rumah kami sejak lima menit yang lalu. Gaya borjuis Enda disambut senyum hangat mas Sabil, mereka saling menyapa dengan gaya masing-masing. Enda memang mengikuti jejak mas Sabil kuliah di Jerman, Frieje University tepatnya. Dan sepertinya ini output yang terlalu kontras., mas Sabil yang masih tetap kalem dan alim sementara Enda sudah benar-benar terpengaruh westernisasi.

Tergambar jelas keganjilan di wajah Enda, bisa kupastikan karena kehadiran mas Sabil di sini dan…aku tersenyum penuh kemenangan.

Kusajikan teh hangat di meja kemudian aku duduk di samping mas Sabil. Sesaat kami mendengar basa-basi Enda (yang menurutku memang basi).

Bertiga kami menuju meja makan.

“Mas Sabil tinggal berdua sama Fatya?”

Pertanyaan kamu ga’ perlu lagi dijawab End, memang tak ada orang lain di rumah ini.

“Iya, Fatya kan kuliah di daerah dekat sini, kerjaanku juga ga’jauh dari sini. Jadi kami memilih tinggal di sini.”, mas Sabil mengeraskan isi hatiku rupanya.

Enda mengangguk-angguk padahal aku tahu, dia masih bingung.

“End, Fatya kemarin udah cerita semuanya. Aku harap kamu takkan mendekatinya lagi.”

“Loh..kenapa? Punya hak apa mas melarang kami. Mas kan cuma saudara jauh Fatya. Ini zaman globalisasi, hak asasi buat suka sama siapa aja”

Mas Sabil tersenyum. Aku menunggu kata-kata yang akan diucapkannya, begitupun Enda.

“Kamu benar, hak asasi setiap orang buat mencintai…tapi bukan bertarti kamu boleh asal nembak istri orang kan?

Hatiku tersenyum tiada habisnya, suamiku…aku tak pernah salah memilihmu.

Wajah Enda semerah udang rebus yang dilahapnya, makanan itu hampir membuatnya tersedak. Susah payah dikuasai dirinya.

“Mm..maksud mas? Fatya udah me..me-ni-kah???”

“Ya, kami menikah setahun yang lalu. Meskipun Fatya masih kuliah tapi kami yakin ini akan lebih menjaga hati.”

Tampaknya makan siang ini takkan berlangsung lebih lama lagi, nafsu makan Enda telah lenyap bersama kata-kata mas Sabil tadi. Diapun segera angkat kaki dari rumah kami.


Aku sangat bahagia sampai-sampai air mataku tak terbendung lagi…

“De, mau ga kamu jadi soulmate-ku…ga cuma di dunia, tapi juga akhirat loh!”

Aku tahu, mas Sabil juga cemburu mendengar ceritaku tempo hari tapi ia bisa menyimpannya rapat-rapat di suatu ruang di hatinya.

“Of course honey…”


Inilah skenario terbaik dari Robb kami, tiada henti-henti kami berucap tahmid kepadaNya seusai jamaah Dzuhur hari ini.

Ya Robb, jagalah hati-hati yang terikat hanya karenaMu ini..


DiMaSe

Cerpen ini dimuat di AKSSI Edisi Juni 2007, satu-satunya majalah sekolah yang ada di SMANESA Trenggalek. Sedikit perbaikan oleh sang editor tetap tidak mengubah inti cerita. Sedikit rasa Percaya Diri mulai tumbuh untuk membuatku menulis lagi.

Cerita ini terinspirasi dari orang-orang tersayang,

Sabila Rosyad yang udah banyak ngasih masukan, dia guru, sahabat, kakak sekaligus adik yang paling mengerti aku. Thanks buat Frieje, Indahnya PD.

Enda terinspirasi dari beberapa teman: mR. z, Adya , WegaQ, g4Ma dll.

Fatya “pengen”nya aku, tapi aku ga mau dilamar orang ketika udah punya suami nanti.